Tak Semua Harus Sekarang, Menemukan Makna di Saat Merasa Tertinggal
Tak Semua Harus Sekarang, Menemukan Makna di Saat Merasa Tertinggal.
Subuh itu, aku duduk di teras rumah sambil menatap jalan yang sepi. Hanya suara kendaraan sesekali lewat, memecah keheningan. Di tanganku ada secangkir susu hangat, tapi rasanya seperti ikut dingin.
Mengakui Rasa Sakit Tanpa Menyalahkan Allah
Malam itu aku memutuskan untuk jujur pada diriku sendiri. Aku memang sedang kecewa. Aku merasa tertinggal. Bahkan ada luka yang sulit dijelaskan. Tapi entah kenapa di tengah rasa itu, aku juga sadar: ini bukan salah siapa-siapa. Apalagi salah Allah.
Aku menangis, tapi bukan marah. Aku hanya ingin melepaskan beban di dada. Aku hanya perlu berdamai pelan-pelan dengan diri saat ini. Hingga hati aku berkata:
Menemukan Sisi Baik di Tengah Kekurangan
Sedih yang muncul tersebut aku terima. Bahkan hari-hari setelahnya aku melewati hari seperti biasa saja. Namun aku masih butuh menerima dan mencoba menulis perasaan ini di jurnalku.
Aku tulis semua yang aku rasakan: kecewa, takut, khawatir, dan rasa minder saat membandingkan diri dengan orang lain. Tapi nyatanya, setelah menulis, aku melihat satu hal yang luput aku sadari ternyata aku sekarang punya sesuatu yang dulu tak kumiliki yaitu waktu.
Waktu untuk membersamai bayiku. Waktu untuk merawat diri meski sebentar. Waktu untuk mencoba hal baru, termasuk membangun usaha dari nol.
Belajar Berprasangka Baik
Aku mulai mengubah cara pandangku. Kalau temanku sedang “memanen” hasil kerja kerasnya, aku sedang “menanam” di ladangku. Wajar kalau hasilnya belum terlihat. Aku tahu Allah itu sangat adil, adil sekali. Namun hanya waktunya saja yang berbeda.
Setiap rasa minder itu datang, aku mencoba mengucapkan kalimat sederhana ini:
“Wahai diri, aku ridha dengan takdir Allah atasku, aku yakin semua sudah termasuk jalan yang Allah yakin aku mampu melewatinya, maka harus semangat lagi yuk”
Ucapan seperti ini bagaikan pengingat lembut buatku bahwa semua yang diatur-Nya itu pas adalah jalan yang terbaik untukku.
Memperoleh Makna yang Tersirat
Melewati fase ini, aku mulai belajar bahwa beberapa hal yang aku terima ternyata punya makna yang tersirat :
- Sabar itu aktif, bukan pasrah buta. Tetap bergerak, tapi serahkan hasilnya pada Allah.
- Rezeki itu luas, tidak hanya soal materi.
- Membandingkan diri itu racun, apalagi kalau lupa melihat nikmat yang sudah ada
Kini, setiap kali bertemu teman lama yang sedang di puncak, aku bisa tersenyum tulus. Bukan karena rasa minder hilang sepenuhnya, tapi karena aku tahu: Allah pun sedang menyiapkan “puncak” versiku sendiri.
Dan buat teman-teman yang pernah merasakan hal yang sama, yuk share ceritanya di komentar yaa! Semoga bermanfaat dan suka!
No comments:
Terima kasih atas kunjungannya, dont forget tinggalkan jejak (Komentar akan dimoderasi) dan saling follow ya, thanks 🙏😊