Merayakan Hari Anak, Merayakan Diri Sendiri : Sebuah Surat dari Seorang Ibu
Merayakan hari anak nasional bukan sekadar selebrasi untuk buah hati kita, tapi juga momen refleksi untuk para ibu. Karena di balik senyuman, tawa, dan langkah kecil anak-anak kita terdapat menuju masa depan yang sedang kita perjuangkan.
Terlebih di tengah hiruk pikuk dunia digital saat ini sangat mudah bagi kita untuk membandingkan-bandingkan diri dengan orang lain. Saat kita kerap silau oleh kehebatan ibu lain. Ada ibu yang rumahnya selalu rapi, ada ibu yang sukses berbisnis dari rumah, ada ibu yang punya tubuh ideal setelah melahirkan. Tanpa disadari kita merasa kurang dan hilang kepercayaan diri.
Lalu aku terus bertanya dalam diam, “Apa aku cukup? Apakah aku ibu yang hebat?"
Belajar Menghargai Diri, Demi Anak yang Bahagia
Kini hari anak, aku tidak ingin hanya merayakan anak-anak. Tapi aku juga ingin terus tumbuh dan membersamai anak. Karena sejatinya anak-anak tidak ingin kita menjadi sempurna, tapi cukup menjadi ibu yang bahagia.
Salah satunya kebahagiaanku menjadi seorang ibu saat ini yaitu aku hadir secara utuh dalam menemani setiap proses tumbuh kembang anakku. Aku ingin anakku tumbuh dalam perasaan cinta yang tulus dan kasih sayang yang sepenuhnya tercurah kepadanya.
Karena itu, aku mulai menyadari dan melihat nilai positif ke dalam diriku.
Seorang Ibu Seperti Flamigo, Kehilangan Waktu Pribadinya Tapi Semua Demi Anak
Sempat kepikiran aku kangen balik ke masa-masa belum memiliki anak, bisa me time dengan menonton film favorit. Aku kangen bisa menikmati makanan kesukaan tanpa takut anakku menangis bahkan aku kangen bisa kemana-mana tanpa diganggu oleh anakku. Tapi aku sadar, masa-masa anakku kecil saat ini tidak akan berlangsung lama.
Bahkan aku menyadari sebuah kalimat "Ibu seperti Flamigo". Masa-masa aku menjadi seorang ibu : melahirkan, menyusui, dan merawat anakku. Masa-masa ini aku kehilangan warna pinknya seperti flamigo. Aku lebih mengutamakan kebutuhan anakku dan berhenti sejenak memikirkan diriku sendiri. Tapi aku percaya, fase ini tak selamanya. Semua pasti akan terlewatkan dengan baik.
Baca juga :Persiapan Kehamilan Pertama
Seorang Ibu Kuat, Meski Lelah Tapi Tetap Luluh Melihat Tingkah Laku Anak
Aku pernah merasa terlalu lelah dengan diriku sendiri. Rasanya waktu istirahat tak bisa lagi seperti sebelum menjadi ibu. Tapi aku lupa bahwa kekuatanku itu ada saat melihat tingkah laku anakku.
Sekarang anakku lagi fase aktif-aktifnya, sebentar-sebentar merangkak, tiba-tiba duduk, tanpa kita lihat semua benda masuk mulut, bahkan setiap tidur meski diberi pembatas di setiap sisi. Ya aku lakukan semua karena setiap kali dia luput dari mataku, anakku masih tetap aman.
Tapi aku pun gitu, saat anakku menggengam tanganku, masih mencariku pertama kali saat dia butuh bantuan, suka ngoceh tak jelas. Bikin semua pertahanan diriku jadi goyah, dan bilang "Gapapa lelahku hilang, gapapa capekku jadi terbayarkan dengan senyuman dan kelucuannya"
Seorang Ibu yang Terus Belajar dan Belajar
Kini anakku sudah MPASI kurang lebih selama 2 bulan. Selama itu, aku terus belajar bagaimana menyiapkan makanan homemade terbaik untuknya. Aku berasa seperti sedang lomba Chef Indonesia, jika rasa buburku enak anakku makannya lahap, jika rasa buburku kurang cocok sama anakku maka makannya agak sedikit lebih effort untuk menyuapinya.
Dan pernah juga saat anakku tidak terlalu excited seperti biasanya makan, lalu berpikir keras untuk mengganti tekstur seperti yang disukainya. Ternyata anakku ingin makan dengan tangannya sendiri, lalu aku buatkan makanan yang bisa digenggamnya. Aku bikinkan dalam bentuk bola-bola atau petak-petak untuk dia pegang, sehingga dengan begitu dia jadi senang.
Aku ingin memberikan makanan dari menu keluarga. Agar anakku tidak suka memilih-milih makanannya nantinya dan bisa mencicipi semua makanan yang kami sekeluarga makan. Karena itu, semua aku pelajari dan kenalkan pada anakku.
Kasih ibu sepanjang masa. Kasih anak apakah bisa sepanjang masa juga ? Kadang ga semua anak bisa seperti ibu yang bisa merawat anak anaknya...
ReplyDeleteselamat hari anak juga mbak, saya baca tulisan ini tiba-tiba teringat tulisan blog bapak saya kala curhat tentang masa baktinya sebagai orang tua, benar-benar blog jadi journal masa tua ya, kebayang gimana terharunya si anak nanti baca diary mamanya yang kehilangan banyak hal untuk memastikan ia aman dan nyaman selalu.
ReplyDeleteMasa-masa penuh haru, bahagia, perjuangan, kadang tertekan semua bercampur. Tapi disitulah seorang wanita menjadi lengkap ketika menjadi seorang Ibu. Mencurahkan bukan hanya untuk dirinya sendiri tapi untuk anaknya, semoga sehat terus, karena kesehatan ibu akan menular energinya ke anak, baik mental ataupun fisik. Sehat selalu yang sedang merayakan menjadi seorang Ibu...
ReplyDeletesemangat ulfah dalam mendidik anak, semoga anaknya tumbuh di lingkungan yang baik dan mendukung pertumbuhan fisik dan mental 🥰
ReplyDeleteJadi seorang ibu memang perjuangannya luar biasa. Meski demikian, seorang ibu juga harus sehat baik dari segi mental maupun fisik agar anak-anak kita juga bahagia.
ReplyDeletesemangat mbak, kasih ibu sepanjang masa demi anak-anak tercinta. Selamat hari anak nasional
ReplyDeleteAh ibu. Meski anak-anaknya sudah dewasa juga. Perlakuan ibu ke anak suka kelepasan sama kek anaknya masih bocah, euy. Sayang ibu.
ReplyDeleteKita akan tetap menjadi anak2 meski udah dewasa. Usia meskipun sudah senja, kadang kangen menikmati masa anak2 yang tanpa perlu memikirkan segalanya.
ReplyDeleteTeruntuk ibu di semua wilayah, nikmatilah masa2 menjadi ibu dan bahkan menjadi anak2 lagi demi kita bahagia. Kadang utk menjadi bahagia, kita ga perlu apa2. Cukup menikmati dan mengenang masa kecil yang dulu susah senang bersama, org tua dan teman2 kita.
Saya setuju banget kalau seorang ibu harus terus belajar. Jadi ibu sendiri rasanya udah kayak lebih tua sepuluh tahun hahaha
ReplyDeleteSelamat Hari Anak Nasional untuk seluruh anak-anak Indonesia dan tiap jiwa kekanakan yang masih tetap ada di dalam diri kita, para orang tua!
ReplyDeleteGak mudah ya jadi seorang ibu. Semoga ibu ibu hebat di luar sana selalu sehat, bahagia, dan bisa menemani tumbuh kembang anak hingga dewasa nanti amin.
ReplyDelete“anak nggak butuh ibu yang sempurna, tapi ibu yang bahagia.” jadi reminder penting banget di tengah gempuran standar-standar “ibu ideal” dari luar sana.
ReplyDelete
ReplyDeleteperjuangan ibu yang ingin selalu memberikan yang terbaik buat anak ya mbak
Apapun diberikan yang terbaik, meskipun menyita waktu dan membuat tenaga kita abis.
pastinya tiap orang tua ingin menginginkan pertumbuhan yang maksimal untuk si anak
semangat mba
So Heartwarming, Mbak!! Semua ibu itu hebat dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Semua ibu pasti memikirkan yang terbaik untuk anak. :)
ReplyDeletenyess banget yaak. well, dulu sempet ikir kok ngga ada ya pelajaran buat jadi ibu yg baik? kayak kursus singkat atau apa gitu? hmmm, setelah jadi ibu baru tahu, ternyata belajarnya seumur hidup/ tiap hari belajar hal baru dari si kecil. terus upgrade skill buat bisa jadi yg terbaik versi kita. tetep semangat para ibu!
ReplyDeleteMeskipun kehlangan waktu pribadi semua demi anak & Insya Allah akan terbayar ya nantinya, Pada waktunya nanti kita bisa mendapatkan waktu pribadi lagi kok di saat anak-anak dewasa, itu yang aku rasakan. Tetap semangat membersamai anak ya
ReplyDeleteSemoga surat ini menjadi penguat buat para Ibu yang sedang berjuang merawat, mendidik dan mengasihi anak-anak.
ReplyDeleteIn syaa Allaah masa ini gakkan lama kok.
Anak-anak akan tumbuh besar sesuai dengan fitrah mereka.
Tugas orangtua hanyalah sampai menumbukkembangkan fitrah-fitrah kebaikan yang mereka miliki dengan penuh kesabaran.
jadi ibu memang bikin overwhelming, merasa bersalah sama anak padahal diri kita yang butuh untuk sejenak tenang agar semuanya ga berantakan
ReplyDelete