Menjaga Kewarasan di Tengah Maraknya Informasi: Peduli dan Melindungi Diri harus Berdampingan

July 20, 2025

menjaga-kewarasan-tengah-informasi


Di era digital saat ini, informasi datang tanpa henti. Satu detik kita sedang scroll Instagram cari resep, detik berikutnya yang muncul malah berita kekerasan, video konflik, atau meme tentang kebijakan terbaru yang membuat kita ingin tertawa sekaligus menangis. Situasi ini menciptakan dilema : kita ingin tetap peduli, atau juga ingin melindungi diri dari kelelahan mental.


Nah bagaimana caranya agar tetap terlibat tanpa tenggelam? Berikut beberapa caraku dan mungkin juga bisa kamu cobain dalam memfilter informasi tanpa menutup mata sepenuhnya.



1. Bedakan Antara "Perlu Tahu" dan "Ikut Larut"


Kita tidak harus menonton semua video kekerasan untuk menguji itu benar atau salah. Kita juga tidak harus baca tiap komentar pedas dan menggelitik semua orang tentang bahasan politik bahkan mencari tahu konten yang harus diperbaiki. Konsumsilah informasi secukupnya. Secukupnya saja, jika kita tau garis besar yang cukup untuk membuat keputusan secara sadar. 


Dan kita mulai sadar apakah perlu ikut serta, seperti kasus yang memerlukan tandatangan petisi atau hak-hak yang seharusnya kita dapatkan. Bahkan sebenarnya kasus seperri inilah bikin kita ikut larut dan itu tidak masalah, karena kita menunjukkan kepedulian kita terhadap sebuah kebenaran dan keadilan untuk diri kita sendiri terutamanya.




2. Tentukan "Waktu Konsumsi Informasi"


Alih-alih membuka media sosial atau portal berita setiap saat, ada saatnya kita harus menentukan kapan waktu yang pas untuk dikonsumsi. Misalnya waktu yang pas khusus untuk update informasi. Aku seperti biasanya selalu 15 menit di pagi hari dan 15 menit di sore hari. Di luar itu, fokus pada kehidupan nyata atau scroll media sosial untuk sekadar update kehidupan kita. Bagiku, update media sosial juga termasuk branding apalagi kita memang ranahnya di sana. Jadi cukuplah waktu yang tersisa kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya, kan?


Mental kita juga butuh jeda, bukan terus-menerus di-bombardir oleh kekacauan dunia. Ingat!



3. Kurasi Sumber Informasi yang Ada


Pilih media dan akun yang informatif tanpa sensasionalisme. Dengan mengikuti akun yang terlalu menguras emosi dan menyebar kebancian tanpa solusi akan membuat kita makin frustasi. Karena masih banyak media dan jurnalis kerap menyajikan informasi penting dengan pendekatan empatik dan jernih. 


Sehingga memang penting kurasi sumber informasi yang ada agar kita tetap waras.



4. Ganti Doomscrolling dengan “Kindscrolling”


Saat ini kita sering menemukan konten yang kurang baik atau doomscrolling. Maka lebih baiknya diganti dengan kindscrolling. Carilah konten yang menguatkan cerita, inisiatif, atau komunitas yang memberikan solusi serta perubahan ke arah lebih baik. Ada banyak komunitas yang baik dan memberikan manfaat positif


Namun tak bisa dipungkiri semua berita positif itu sering tertimpa atau kalah cepat dengan berita buruk yang masuk. Menyadari bahwa di media sosial berita kontra sering viral dibandingkan yang berita yang positif. Padahal berita buruk ini sepenuhnya bisa merusak jiwa dan jadi makanan buruk untuk jiwa kita.


Maka yuk cari berita yang positif aja!



5. Salurkan Empati Jadi Aksi Kecil


Alih-alih kita merasa hancur setiap baca berita bencana atau perang. Menyalurkan emosi ke dalam bentuk nyata itu lebih bermakna. Seperti halnya aksi kecil yang berbau sosial berupa penyaluran donasi, informasi bantuan, bahkan ikut serta menjadi relawan. Membantu walaupun hanya sedikit tentunya membuat kita lebih punya kendali, bukan hanya korban dari arus informasi saja.



6. Validasi Perasaan Lelah itu Wajar


Rasa lelah, marah, cemas, atau jenuh karena terlalu banyak informasi bukan kelemahan. Ini justru pertanda bahwa kita masih manusia biasa yang masih punya empati. Tapi empati juga perlu batasnya. Supaya emosi ini tidak berubah jadi luka batin yang terus terbuka. 


Bahkan perlu bagi kita untuk beristirahat. Tidak boleh juga 24 jam mengabaikan perasaan tersebut tanpa perlu divalidasi.



7. Buat “Zona Aman Digital”


Terakhir buat batasan di media sosial yaitu zona aman digital. Kita jadi tau siapa yang harus kita ikuti, kata kunci apa yang ingin disenyapkan (fitur ini tersedia di Twitter/X dan Instagram), serta buat algoritma bekerja dan riwayat untuk mencari data yang kita suka.



Kesimpulan


Kita tidak perlu jadi orang yang cuek untuk tetap tenang, dan tidak perlu jadi orang yang terus terluka agar dianggap peduli. Karena terkadang menjaga waras di tengah informasi nyata itu penting. Dunia ini memang penuh hal yang menguras batin, tapi kita tetap bisa memilih cara sehat untuk ikut serta.


Karena jika kita tumbang duluan, siapa yang akan bantu dunia jadi sedikit lebih baik? Yuk jadi awali perubahan dari diri kita❤️

No comments:

Terima kasih atas kunjungannya, dont forget tinggalkan jejak (Komentar akan dimoderasi) dan saling follow ya, thanks 🙏😊

Theme images by diane555. Powered by Blogger.